Undangundang No.18 Tahun 2012 tentang pangan telah memberikan amanat bahwa penyelenggaraan pangan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan. Dalam penyelenggaraan pembangunan di bidang pangan, konsep
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Millenium Development Goals MDGs atau dapat diartikan sebagai “Tujuan Pengembangan Millenium", adalah pandangan dunia peningkatan di seluruh dunia yang diumumkan oleh Konferensi Tingkat Tinggi Millenium oleh 189 Negara yang Bergabung PBB bagian negara bagian di New York di September 2000. Semua negara yang hadir pada pertemuan tersebut berfokus pada mengkoordinasikan MDGs sebagai komponen program perbaikan publik dengan tujuan akhir untuk memberikan solusi dengan melakukan identifikasi dengan bidang permasalahan sangat mendasar bagi masyarakat. Selanjutnya, kesempatan manusia, keharmonisan, keamanan dan peningkatan. Selanjutnya, pada bulan September 2015, Perhimpunan Negara Bersatu PBB mengesahkan program lain untuk melanjutkan MDGs yang disebut Sustainable Development Goals SDGs yang pasti sering disebut dengan tujuan perbaikan yang dapat dipertahankan. SDGs berisi 17 target kemajuan yang wajar yang dibagi menjadi 169 fokus untuk meningkatkan eksistensi manusia. SDGs sebagian besar berisi isu-isu sosial yang sering terjadi secara lokal, seperti kebutuhan, tingkat pelatihan, kondisi iklim, dan lain-lain. SDGs memiliki pedoman untuk tidak mengabaikan siapa pun. Untuk dapat mewujudkan suatu pembangunan yang berkelanjutan, maka pangan merupakan hal yang mendasar dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan sebuah bumi telah dihuni oleh jutaan makhluk hidup yang memiliki spesies dan keanekaragaman yang berbeda-beda. Keanekaragaman merupakan perbedaan di antara makhluk hidup yang berbeda jenis dan spesiesnya. Keanekaragaman tersebut tentunya tak terlepas dari flora dan fauna yang memiliki jutaan spesies yang terklasifikasi. Indonesia merupakan salah satu negara yang kekayaan alam dan keanekaragaman hayatinya tidak perlu diragukan lagi. Indonesia merupakan negara yang diapit oleh dua daratan, tepatnya daratan Asia dan daratan Australia, serta diapit oleh dua lautan, khususnya Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan pulau dan dilewati oleh garis khatulistiwa sehingga menyebabkan Indonesia memiliki iklim tropis dimana sinar matahari akan selalu mendominasi dan bersinar sepanjang tahunnya. Posisi strategis yang dimiliki Indonesia inilah yang menyebabkan negeri ini memiliki keanekaragaman hayati yang beragam, sehingga diberi predikat sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi, atau disebut negara megabiodiverditas. Potensi alam yang melimpah dan sangat luar biasa, meliputi kekayaan hasil pertanian, kelautan, perikanan, peternakan, perkebunan, pertambangan, energi maupun keanekaragaman hayati lainnya. Kekayaan sumber daya alam tersebut sebagian telah diolah dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan bangsa Indonesia dalam bentuk pangan dan sebagian lainnya merupakan potensi alam yang belum dimanfaatkan karena adanya keterbatasan dari segi teknologi, kualitas sumber daya manusia, maupun ekonomi. Disamping negara Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang begitu melimpah, Indonesia juga merupakan negara yang mengalami pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Penduduk Indonesia semakin tahun akan semakin bertambah jumlahnya. Jumlah penduduk di Indonesia meningkat dari tahun 1971 hingga 1980 hingga mencapai jiwa, atau sebanding dengan peningkatan sebesar 23,72%. Secara umum, pertambahan penduduk normal secara berkala hampir 20%. Informasi menurut Badan Pengukur Fokus BPS, hasil Evaluasi Kependudukan SP 2020 pada September 2020 tercatat jumlah penduduk 270,20 juta jiwa, dimana jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2010, pertambahan penduduk mencapai 32,56 juta jiwa. Dengan luas properti Indonesia sebesar 1,9 juta km2, kepadatan penduduk Indonesia diperkirakan 141 individu untuk setiap km2. Kondisi penduduk yang sangat unik ini tentunya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di suatu daerah/negara. Pangan sejatinya merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan setiap individu dan menjadi sumber energi dalam melakukan berbagai aktivitas. Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia ini akan menyebabkan kebutuhan pangan terus meningkat. Adanya peningkatan terhadap kebutuhan pangan karena pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka Indonesia memiliki tantangan baru yakni dalam mencapai ketahanan pangan. Ketahanan pangan sendiri memiliki dua slogan penting, yaitu aksesibilitas pangan yang cukup dan merata serta akses masyarakat terhadap pangan, baik secara riil maupun finansial. Dengan demikian, ketahanan pangan dapat dicirikan sebagai pintu masuk setiap keluarga atau individu untuk memperoleh pangan yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan hidup yang kokoh dengan prasyarat pengakuan pangan sesuai kualitas atau budaya yang relevan dengan memikirkan ramah, kondisi keuangan, akses, dan aksesibilitas pangan. Keputusasaan terhadap ketahanan pangan adalah sesuatu yang tidak dapat dianggap sebagai masalah yang pengaturannya dapat ditunda. Terlepas dari kenyataan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah, tidak dapat memastikan bahwa bangsa ini dapat mencapai ketahanan pangannya sendiri jika pembangunan penduduk berkembang pesat dan kondisi efisiensi pangan masih sangat rendah. Sejujurnya, Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara yang menganut kadar garam yang tinggi. Memang, Indonesia adalah negara dengan garis pantai terpanjang kedua di planet ini, dengan panjang kilometer. Ibu kota dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia ini seharusnya memberikan banyak keuntungan bagi wilayah laut di Indonesia, termasuk potensi persediaan garam yang sangat besar dan memiliki pilihan untuk mengatasi masalah dalam negeri. Meskipun demikian, kenyataan yang tidak terduga adalah bahwa ini bukanlah situasinya. Presiden Ir. Joko Widodo telah mengungkap alasan Indonesia harus mengambil garam, terlepas dari aset normalnya yang tinggi. Hal ini terjadi mengingat industri garam rakyat belum ideal dalam mencapai batas produksinya. Proyeksi minat garam masyarakat 4,5 juta ton, sedangkan kreasi dalam negeri cukup siap memenuhi 3,5 juta ton. Pada 2019, nilai impor garam modern Indonesia mencapai US$ 108 juta. Lantas, hal yang perlu digarisbawahi dalam penyelesaian hal ini adalah pada bidang produktivitas pangan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, maka perbandingan antara permintaan demand dengan penawaran supply harus seimbang. Untuk dapat mencapai keseimbangan tersebut, maka ada banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas pangan, mulai dari penguasaan teknologi, degradasi lahan, sistem distribusi, hingga kualitas sumber daya manusia menjadi hal yang esensial dalam kondisi pangan di Indonesia memiliki banyak permasalahan, baik dalam kepentingan mewujudkan ketahanan pangan, mewujudkan intensifikasi dan ektensifikasi pertanian, peningkatan produktivitas, pengolahan hasil pertanian, diversifikasi pangan, dan lain sebagainya. Kegunaan makanan adalah nilai yang menunjukkan hasil penciptaan normal per satuan wilayah per peralatan makanan. Produktivitas pangan inilah merupakan kunci dari terwujudnya ketahanan pangan. Bagaimanapun, ada banyak komponen yang mempengaruhi kegunaan makanan itu sendiri. Yang pertama, yakni penguasaan teknologi pada bidang pertanian. Permasalahan ini sangat relevan dengan masa Revolusi Industri seperti sekarang. Lantas, dengan teknologi inilah seharusnya dapat senantiasa meningkatkan kapasitas produksi serta kualitas pertanian dan bahan pangan. Sebagai contoh, adanya kenaikan bobot rata-rata sapi pedaging lndonesia sebesar 0,5 kg/hari/ekor, dengan input teknologi yang tepat, maka berpotensi untuk ditingkatkan mendekati produktivitas sapi di Australia sebesar 1,55 kg/hari/ekor. Demikian pula dengan produktivitas usaha tani padi yang di Indonesia masih sebesar 4,5 ton/ha, dengan pengaplikasian teknologi yang tepat maka dapat ditingkatkan menyamai produktivitas di Vietnam yang mencapai 8 ton/ha. Dengan perbaikan teknologi penggilingan inilah maka dapat menambah pasokan beras 1 juta ton setara Rp. 2,7 trilyun dari produksi gabah nasional sebanyak 54 juta ton GKG. Saksi mata keuangan pada Establishment for Advancement of Financial aspect and Money INDEF, Bhima Yudistira mengungkapkan, alasan rendahnya otoritas inovasi dalam agribisnis di Indonesia adalah karena rendahnya kesadaran inovasi di kalangan petani. Selama pemberontakan yang terkomputerisasi, banyak kemajuan pedesaan yang belum berkembang. Rendahnya tingkat pendidikan dan tidak adanya persiapan dalam pemanfaatan inovasi masa kini adalah alasan utama efisiensi pangan masih sangat rendah dan tradisional. Terlebih, menurut data Badan Pusat Statistik BPS, lebih dari 91% usia para petani di Indonesia didominasi oleh petani berumur diatas 40 tahun, dengan mayoritas usia 50-60 tahun. Secara otomatis, penguasaan teknologi terhadap pertanian akan kian sulit karena tidak adanya regenerasi dari petani itu berikutnya adalah korupsi tanah. Latihan peningkatan serta menghasilkan manfaat, juga menyampaikan peluang akibat buruk pada iklim. Transformasi lahan pedesaan pada dasarnya adalah jenis hasil yang masuk akal dari pembangunan dan perubahan dalam desain keuangan dari sebuah kawasan lokal yang sedang berkembang. Peningkatan ini tercermin dari perubahan komitmen bidang kemajuan dari bidang esensial pertanian ke bidang pembantu perakitan dan tersier administrasi. Belakangan, perebutan penggunaan lahan antar berbagai bidang seperti agrobisnis, industri, pertambangan, dan pekerjaan umum yayasan, pemukiman, industri sulit dihindarkan. Area pekerjaan umum dan mekanik telah mempengaruhi area agraris, terutama dalam pemanfaatan area pertanian yang bermanfaat. Sementara itu, kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Pemenuhan kebutuhan pangan vital seperti beras, kedelai, jagung, dan gula sampai saat ini masih menemui kendala. Bahaya mendasar bagi upaya untuk mengikuti kemandirian padi yang dicapai pada tahun 2008 dan untuk mencapai kemandirian kedelai yang ditetapkan pada tahun 2010 adalah perubahan lahan. Lagi pula, peningkatan lahan sawah sangat lamban bahkan menurun karena perubahan kapasitas. Mengingat Peraturan/Tata Ruang Kota RTRW di seluruh Indonesia, sekitar 3,1 juta ha atau 42% sawah yang tergenang akan terganggu dengan kapasitas yang terus berkembang. Ini akan menjadi bahaya yang berbeda untuk pengelolaan kemandirian beras dan rencana kemandirian dalam item yang berbeda, di mana perkembangan mekanis yang lebih baik tidak dapat diandalkan daripada memiliki pilihan untuk bertahan dengan meluasnya hilangnya lahan hortikultura yang berguna. Jika rencana transformasi lahan terjadi, bahaya terhadap keterjagaan kemandirian pangan akan lebih menonjol, seperti halnya aksesibilitas pangan. Untuk setiap hektar sawah yang berganti pekerjaan, diharapkan lahan seluas 2,2 ha dapat menutupi ciptaan yang hilang karena manfaat besar dari sawah saat ini dan berbagai masalah yang dialami di sawah yang baru ini, mutu SDM pertanian Indonesia juga masih memiliki keterbatasan yang nyata. Persentase penduduk setengah pengganguran 70,2 % berada pada sektor pertanian dan 29, 8 % berada di sektor non-pertanian. Sifat Sumber Daya Manusia agribisnis Indonesia pada masa kemerdekaan provinsi ini sebenarnya memiliki hambatan yang sangat besar dari segi mental yang menggagalkan, terutama sejauh menjadi lesu/ragu-ragu/malas, kurang informasi dan berhati dingin, ragu-ragu, kerja tidak teratur, cemburu dan berkeinginan. Sementara itu, kesungguhannya adalah bahwa kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, ragam, dan kualitas, seiring dengan kemajuan penduduk, kepuasan pribadi daerah setempat. Jumlah penduduk di Indonesia sangat besar, sekitar 204 juta dan terus berkembang sebesar 1,6% setiap tahun, membutuhkan persediaan makanan yang cukup besar, yang jelas akan membutuhkan usaha dan aset yang luar biasa untuk manajemen sumber daya manusia yang handal, pengelolaan, penggunaan dan pemanfaatan sumber - sumber lainnya menjadi tidak berdaya guna dan berhasil guna. Rendahnya kualitas SDM di bidang agraris, khususnya petani seperti sebagian besar pejabat/pejabat khusus/buruh augmentasi hortikultura sangat meresahkan. Padahal, SDM petani/pekerja agribisnis, serta petugas agrobisnis merupakan dua pilar utama dalam pergantian peristiwa hortikultura, khususnya peningkatan sistem dan organisasi agribisnis. Oleh karena itulah, Sumber Daya Manusia pertanian yang berkualitas adalah prasyarat mutlak keberhasilan dalam pembangunan pertanian dan mencapai ketahanan pangan yang baik. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diartikan bahwa dalam membentuk suatu sistem pertanian yang berhasil, meliputi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya sendiri dan mampu meningkatkan produktivitas pangan, maka berbagai faktor penyebab yang menjadi unsur produktivitas pangan seperti penguasaan teknologi, degradasi lahan, serta kualitas sumber daya manusia harus baik. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pangan di Indonesia, antara lain1. Pada bidang penguasaan teknologiSeharusnya, otoritas publik memiliki pilihan untuk membantu efisiensi pangan sejauh masuknya inovasi hortikultura bagi anak muda atau alumni pedesaan yang tertarik bercocok tanam. Di masa inovasi ini, anak muda membutuhkan sesuatu yang sederhana dan cepat, dan inovasi berkeliaran untuk segalanya. Salah satu kemajuan pedesaan yang rutin dialami adalah Mesin NSPU-68C. Mesin ini merupakan mesin tanam padi yang sangat sukses untuk mempercepat pertumbuhan padi dalam jumlah banyak serta efektif karena dengan mesin ini petani dapat melakukan sistem budidaya sendiri dan dalam waktu yang singkat sehingga menghemat tenaga dan biaya. Meski demikian, masuknya pemanfaatan inovasi hortikultura secara positif membutuhkan biaya yang besar. Untuk membeli mesin pembuat beras NSPU-68C, kita membutuhkan sekitar 125 juta rupiah. Dengan biaya yang sangat besar, tentunya masuknya inovasi akan merepotkan, apalagi jika petani tidak memiliki modal barang dagangan dan tentunya masuk ke inovasi ini tidak akan terpikirkan. Namun, dengan campur tangan pemerintah, entri sederhana untuk inovasi bagi petani muda akan menjadi lebih sederhana. Dengan masuknya inovasi, sistem pembudidayaan akan lebih cepat dan harus dimungkinkan untuk lingkup yang lebih besar, sehingga keuntungan yang akan diperoleh juga jelas lebih menonjol. Dengan akomodasi ini, anak-anak akan lebih tertarik untuk bergabung dengan dunia hortikultura karena kemungkinan masuknya strategi baru sehingga budidaya menjadi lebih sederhana dan jelas benar-benar produktif. 1 2 Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Unukmemenuhi kebutuhan pangan, manusia melakukan pembangunan di bidang - 10507556 Amrah25 Amrah25 03.05.2017 Sekolah Dasar terjawab 1. Unuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia melakukan pembangunan di bidang A. Transportasi B. Pertanian C. Permukiman D. Perumahan 2. Hasil penyulingan minyak bumi yang berfungsi sebagai bahan pembuatan lilin
Soal Pilihan Ganda SDA dan Kegiatan Manusia terhadap Lingkungan. Kita sebagai manusia tidak bisa lepas dengan yang nanamya lingkungan. Sebagai bagian dari lingkungan, terdapat dua jenis manusia, yaitu manusia yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap lingkungan, dan manusia yang memberikan pengaruh negatif terhadap lingkungan. Untuk lebih tahu tentang bagaimana pengaruh positif/ negatif manusia terhadap lingkungan, maka kali ini kami akan membagikan latihan soal tentang pengaruh kegiatan manusia terhadap lingkungan. Materi ini sebenarnya merupakan salah satu materi atau kompetensi dasar yang ada pada mata pelajaran IPA SD kelas v,6. Soal IPA Kegiatan Manusia Terhadap Lingkungan dan Jawaban Tujuan kami membagikan latihan soal IPA SD ini yaitu untuk memberikan referensi soal kepada Bapak/ Ibu guru yang mengajar IPA. Latiahn soal ini dapat Bapak/ Ibu gunakan untuk menilai sampai sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi. Ada 3 jenis soal yang sudah kami siapkan, antara lain soal pilihan ganda/ pilgan multiple choice, soal essay, dan soal uraian. Nah, selain jenis soalnya yang beragam, latihan soal tentang kegiatan manusia terhadap lingkungan ini cukup banyak, yaitu ada fifty soal. Jadi cukup lengkap ya… Bapak/ Ibu guru jangan ragu untuk menggunakan latihan soal ini. Kunci jawaban dan pembahasan soal juga tidak lupa kami lampirkan untuk semakin membuat lengkap latihan soal IPA Kelas five SD/MI ini. Kunci jawaban soal dapat dengan mudah anda lihat pada akhir artikel. Tentu saja, dalam latihan soal ini masih mempunyai banyak kekurangan. Kami sangat mengharap jika Bapak/ Ibu menemui ada soal atau kunci jawaban yang bermasalah, anda dapat menghubungi kami melalui kolom komentar. Jika anda sangat tertarik dengan latihan soal ini dan ingin mendownload soal ini, link download soal sudah kami sediakan. Tanpa panjang lebar lagi, berikut ini soal dan jawaban pengaruh kegiatan manusia terhadap lingkungan. Soal Pilihan Ganda Manusia dan Lingkungan one. Semua bahan yang tersedia di alam dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dinamakan … a. Sumber daya alam b. Kekayaan alam c. Bahan alam d. Keanekaragaman alam 2. Sumber daya alam berikut ini yang dapat diperbaharui adalah … a. Besi b. Air c. Timah d. Bensin three. Perhatikan jenis-jenis sumber daya alam di bawah ini! 1 Minyak bumi two Tumbuhan 3 Air four Batu bara Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui ditunjukkan oleh nomor … a. 1, two b. ane, 4 c. ii, 3 d. 2, 4 4. Kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi yaitu … a. Pembakaran hutan b. Penangkapan ikan di laut c. Penanaman padi di sawah d. Pembangunan gedung sekolah 5. Sistem perladangan dengan meninggalkan lahan setelah panen dinamakan perladangan … a. Semusim b. Sementara c. Berpindah d. Tidak menetap 6. Penebangan liar di Indonesia dimulai dari hutan di pulau … a. Kalimantan b. Sumatra c. Sulawesi d. Irian Jaya 7. Salah satu perubahan permukaan bumi yang dapat kita jumpai sebagai terjadi akibat dari penggundulan hutan ilegal yaitu … a. Struktur tanah menjadi tidak kuat b. Tumbuhan perdu semakin banyak c. Tanah menjadi tandus dan gersang d. Hewan yang hidup di hutan berpindah tempat 8. Bahan tambang yang berada jauh di bawah permukaan bumi yaitu … a. Besi b. Emas c. Tembaga d. Batu bara 9. Logam-logam yang terendap di dalam batuan di dasar sungai diambil dengan cara … a. Digali b. Ditambang c. Dikeruk d. Disaring 10. Akibat yang sering ditimbulkan dari kegiatan pernambangan yaitu … a. Tanah runtuh b. Lapisan humus terangkat c. Tanah menjadi padat d. Susunan lapisan tanah berubah 11. Berikut ini yang merupakan akibat buruk yang ditimbulkan oleh penebangan hutan secara liar yaitu … a. Tersedia air bersih b. Harga kayu murah c. Banyak tersedia kayu d. Terjadi tanah longsor 12. Kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi yang semula ditumbuhi pepohonan menjadi lahan gundul adalah … a. Reboisasi b. Buang sampah di sungai c. Ilegal loging d. Pembuatan terasering xiii. Kegiatan manusia yang tidak mengubah permukaan bumi adalah … a. Membangun perumahan b. Membangun waduk c. Membersihkan sungai d. Pertambangan xiv. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, manusia melakukan pembangunan di bidang … a. Transportasi b. Perumahan c. Pemukiman d. Pertanian 15. Berikut ini yang merupakan dampak positif dari kegiatan manusia dalam mengubah permukaan bumi, kecuali … a. Dapat meningkatkan hasil pangan b. Hilangnya daerah resapan air c. Mudahnya jalur transportasi d. Terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal 16. Lahan perkebunan di Indonesia banyak menghasilkan berbagai sumber daya alam hayati, salah satu contohnya yaitu seperti gambar berikut ini! Sumber daya alam tersebut dimanfaatkan untuk membuat … a. Peralatan dapur b. Kertas c. Ban d. Pakaian 17. Perhatikan gambar tentang kegiatan penebangan hutan liar berikut! Dampak yang terjadi akibat dari kegiatan tersebut adalah … a. terjadi kebakaran hutan b. Jumlah lahan pertanian meningkat c. Akan menimbulkan banjir d. Kehidupan penduduk meningkat 18. Di kota-kota besar, banyak kita jumpai pabrik dan industri yang didirikan. Sebagian besar pabrik membuang limbahnya ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Pembuangan limbah pabrik ke sungai dapat mengakibatkan … a. Populasi tumbuhan air semakin meningkat b. Meningkatnya kandungan oksigen di dalam air c. Musnahnya kehidupan di sungai d. Ikan dapat berkembang biak dengan cepat nineteen. Minyak mentah dapat dibuat menjadi berbagai bahan yang sangat berguna melalui proses … a. Penyulingan b. Penambangan c. Siklus d. Eksplorasi 20. Tumbuhan dan hewan dapat di lestarikan karena … a. Menghasilkan kotoran sebagai pupuk b. Dapat berkembang biak c. Dapat membusuk karena bakteri d. Umurnya cukup panjang 21. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan akan membawa dampak berikut ini, kecuali … a. Terjadinya erosi b. Terjadinya gunung meletus c. Terjadinya tanah longsor d. Terjadinya bahaya banjir 22. Traktor merupakan salah satu teknologi yang digunakan untuk meningkatkan hasil di bidang … a. Pertanian b. Perikanan c. Peternakan d. Sarana transportasi 23. Contoh-contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah … a. air, tanah, dan batu bara b. air, hewan, dan tumbuhan c. air, gas, dan minyak bumi d. batu bara, hewan, dan air 24. Usaha-usaha berikut ini yang bertujuan untuk melestarikan tumbuhan adalah … a. Suaka margasatwa b. Terasering dan pemupukan c. Cagar alam d. Reboisasi dan cagar alam 25. Bahan berikut ini yang bukan merupakan hasil dari sumber daya alam yaitu … a. Batu bara b. Minyak bumi c. Air d. Keindahan Soal Essay Kegiatan Manusia terhadap Lingkungan 26. Penggundulan hutan dapat menyebabkan … 27. Yang dimaksud dengan logam mulia yaitu … 28. Sumber alam hayati termasuk sumber daya alam … 29. PLTA merupakan sumber energi yang memanfaatkan xxx. Perladangan berpindah dapat menyebabkan tanah menjadi … 31. Tanah yang terkena air hujan tanpa penahan air dapat menimbulkan … 32. Bahan dari kain sutera berasal dari … 33. Semiah bahan yang tersedia di alam yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dinamakan … 34. Sebutkan jenis sumber daya alam … 35. Sumber daya mineral yaitu … 36. Sumbe daya non mineral yaitu … 37. Sume daya alam yang dapat diperbaharui adalah … 38. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah … 39. Kegiatan manusia yang memperngaruhi sumber daya alam yaitu … forty. Kegiatan untuk melestarikan sumber daya alam adalah … 41. Minyak bumi berasal dari … 42. Penambangan di permukaan tanah dinamakan … 43. Penambangan di dalam tanah dinamakan … 44. Sumber daya hewan bermanfaat untuk … 45. Sumber daya tumbuhan bermanfaat untuk … Soal Uraian SDA dan Kegiatan Manusia terhadap Lingkungan 46. Sebutkan tiga contoh sumber daya alam yang dapat diperbaharui! 47. Bagaimana pembakaran hutan dapat mengubah permukaan bumi? 48. Apa akibat yang ditimbulkan dari penebangan hutan secara liar terhadap permukaan bumi? 49. Jelaskan perbedaan penambangan terbuka dan penambangan tertutup! 50. Mengapa kegiatan penambangan dapat mengubah permukaan bumi? Kunci Jawaban Soal IPA SDA dan Kegiatan Manusia terhadap Lingkungan Jawaban Soal Essay 26. Banjir 27. Logam yang sulit berkarat 28. Yang dapat diperbaharui 29. Air 30. Tidak subur 31. Tanah longsor 32. Ulat 33. SDA 34. SDA dapat diperbaharui dan SDA tidak dapat diperbaharui 35. Emas 36. Batu bara 37. Hewan 38. Minyak bumi 39. Penebangan pohon xl. Reboisasi 41. Dalam perut bumi 42. Penambangan terbuka 43. Penambangan tertutup 44. Bahan makanan manusia 45. Bangunan dan sumber bahan makanan Jawaban Soal Uraian 46. Hewan, tumbuhan, air 47. Pohon jadi hilang dan tanahnya tidak subur 48. Banjir 49. Penambangan terbuka adalah penambangan yang yang berada di permukaan, sedangkan penambangan tertutup adalah penambangan yang dilakukan hingga sampai bawah permukaan bumi 50. Karena semakin kita menambang ke dalam tanah laposan bumi akan habis sehingga dapat merubah bentuk permukaan bumi Orang lain juga membuka 1. Soal Interaksi Makhluk Hidup Dengan Lingkungan IPA 2. 50 Soal IPA SD Peduli Lingkungan + Jawaban Pilgan, Essay, Uraian Jawaban Soal Pilihan Ganda 1 A six A xi D 16 C 21 B 2 B 7 A 12 C 17 C 22 A 3 B viii B 13 C 18 C 23 B 4 A 9 B fourteen D nineteen A 24 D five C 10 D 15 A 20 B 25 D Soal IPA SD tentang SDA dan kegiatan manusia terhadap lingkungan, mulai dari soal pilihan ganda, essay, dan soal uraian beserta kunci jawaban dan pembahasan soal. Jika anda membutuhkan soal tersebut, atau mendownload soal IPA SD di atas, sudah disediakan.
24 Hubungan Pangan, Gizi, dan Pembangunan Manusia Indonesia. Gizi memiliki peranan penting dalam pembangunan. Hubungan gizi dengan pembangunan timbal balik,yang artinya bahwa gizi akan menentukan keberhasilan suatu bangsa, begitupula sebaliknya kondisi suatu bangsa dapat mempengaruhi status gizi masyarakatnya. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat secara virtual menyampaikan keynote speech sekaligus membuka acara Pekan Nasional PENAS Petani-Nelayan XVI-2023, Sabtu 10/6/2023. Foto JAKARTA, - Di tengah ketidakpastian global akibat dampak pandemi Covid-19, eskalasi geopolitik, hingga perubahan iklim saat ini, peran aktif dan tanggung jawab berbagai pihak juga diperlukan untuk dapat meningkatkan produksi sektor pertanian. Dengan demikian ancaman krisis pangan global dapat teratasi, termasuk dengan memanfaatkan potensi dan kearifan lokal. “Pemerintah harus terus mengambil langkah-langkah konkrit dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional dengan cara meningkatkan produksi dan memasifkan konsumsi pangan lokal serta mengenalkan ke negara lain sebagai komoditas ekspor,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat secara virtual menyampaikan keynote speech sekaligus membuka acara Pekan Nasional PENAS Petani-Nelayan XVI-2023, Sabtu 10/6/2023. Sebagai wujud komitmen dalam meningkatkan kesejahteraan petani, nelayan, dan petani hutan, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya mulai dari pembangunan infrastruktur bendungan untuk penyediaan air, pembangunan sarana transportasi untuk mengurangi logistic cost, pemanfaatan varietas unggul yang adaptif terhadap perubahan lingkungan, dan penerapan pertanian cerdas. Selain itu, Pemerintah juga telah memfasilitasi penggunaaan alat dan mesin pertanian, penyediaan Kredit Usaha Rakyat KUR, Perhutanan Sosial PS dan Tanah Objek Reforma Agraria TORA, penerapan pembangunan kelautan perikanan ekonomi biru blue economy, menumbuhkan start-up muda dan marketplace, hingga memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha mikro dan kecil. Di samping berbagai upaya tersebut, Menko Airlangga juga mengajak seluruh stakeholders untuk turut berkolaborasi dalam melakukan kerja nyata guna meningkatkan kemampuan dan kemandirian petani, nelayan dan petani hutan agar menjadi lebih produktif, mumpuni dalam literasi bisnis, mampu meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan, serta mandiri dan berdaya saing secara global. “Pada forum akbar seperti PENAS XVI-2023 ini, sebagai ajang silaturahmi, sebagai wadah promosi hasil pembangunan pertanian, sebagai wadah untuk melakukan evaluasi, koreksi dan penyempurnaan terhadap program-program Pemerintah, sebagai wadah akses teknologi, dan sebagai wadah memperkenalkan bibit-bibit unggul,” pungkas Menko Airlangga. Editor Fajar Widhi fajar_widhi Dapatkan info hot pilihan seputar ekonomi, keuangan, dan pasar modal dengan bergabung di channel Telegram "Official Lebih praktis, cepat, dan interaktif. Caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Baca Berita Lainnya di GOOGLE NEWS

Tujuantulisan ini untuk mengetahui petumbuhan ekonomi dan kebutuhan pangan di Indonesia. Pemerintah dapat mempertahankan dan berupaya terus memacu pembangunan ketahanan pangan, melalui program yang benar-benar mampu memperkokoh untuk ketahanan pangan, sekaligus dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

INFO NASIONAL - Kementerian Pertanian pada 2016-2017 telah mewujudkan kedaulatan pangan dengan pencapaian swasembada beberapa komoditas seperti beras, jagung, bawang merah, cabe, daging ayam, telur, dan minyak goreng."Kini, muncul harapan untuk mandiri dan berdaulat pangan bagi bangsa Indonesia dengan memproduksi beragam pangan berbasis sumber daya lokal. Kenyataan bahwa Indonesia adalah bangsa besar memiliki keanekaragaman hayati nomor dua di dunia," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Badan Ketahanan Pangan Agung Hendriadi pada Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan di Jakarta, Sabtu, 28 Juli Amran Sulaiman, potensi sumber daya pangan Indonesia berlimpah, terdapat sekitar 100 jenis pangan sumber karbohidrat, 100 jenis kacang-kacangan, 250 jenis sayuran, dan 450 jenis buah-buahan."Keanekaragaman hayati ini, bila kita kelola dengan baik akan menjadi bahan pangan, bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia, juga bisa memenuhi kebutuhan pangan dunia," kata itu, produksi pangan beragam sangat penting mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan untuk meningkatkan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat, sehingga dapat mewujudkan manusia Indonesia yang sehat, aktif, dan menurut Amran, saat ini bangsa Indonesia masih dihadapkan pada permasalahan pangan dan gizi, termasuk akses terhadap pangan. Selain itu, permasalahan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia masih jauh dari ideal, di mana saat ini didominasi karbohidrat dari padi-padian."Masyarakat kita masih kurang mengkonsumsi protein dari sumber pangan hewani. Juga kurang mengkonsumsi sayur dan buah," ujar Amran."Apabila kondisi ini dibiarkan, dapat menimbulkan persoalan serius dalam menyiapkan generasi tangguh dan berdaya saing. Karena itu, diperlukan suatu strategi yang tepat untuk memperkuat program penganekaragaman pangan dan implementasinya di masyarakat," ujar Amran yang juga Ketua Harian Dewan Ketahanan permasalahan tersebut, menurut Amran, diperlukan pemikiran dan kerja keras semua pemangku kepentingan termasuk dari Kelompok Kerja Pokja Bidang Ahli dan Bidang Pemberdayaan Dewan Ketahanan pada rakor ini dipandu Tenaga Ahli Menteri Pertanian Sam Herodian. Para pemateri antara lain Kepala BKP/Sekretaris DKP Agung Hendriadi dengan makalah Dukungan Kebijakan untuk Pengembangan Diversifikasi Pangan dan Gizi, Peneliti BPPT Nur Mahmudi Ismail dengan makalah Strategi Komunikasi dan Promosi Diversifikasi Pangan di Era Digital, dan Ketua Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Drajat Martianto dengan makalah Modernisasi Olahan Pangan Lokal Potensi Bisnis dan Penyerapan Pangan dihadiri anggota Pokja Bidang Ahli dan Pokja Bidang Pemberdayaan Ketahanan Pangan, kepala dinas pertanian seluruh Provinsi di Indonesia selaku Sekretaris DKP Provinsi yang menjadi ukung tombak dalam pelaksanaan kegiatan di rakor ini diharapkan semangat untuk mensukseskan penganekaragaman pangan menjalar ke seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, pembangunan ketahanan pangan yang berlandaskan kedaulatan dan kemandirian pangan dapat diwujudkan guna mendukung cita-cita pembangunan nasional menuju manusia Indonesia yang berkualitas.* Kebutuhanprimer manusia yaitu berupa pangan,sandang serta papan. Perkembangan IPTEK berpengaruh pada keberlangsungan manusia dalam memenuhi kebutuhan primernya tersebut. Banyak terdapat pabrik - pabrik yang memproduksi kebutuhan manusia saat ini di semua bidang kebutuhan. Industrialisasi mampu memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan This study had an aim to saw how the impact of infrastructure development on food resilience conditions in Indonesia, focusing on Bali Province. The result of infrastructure development was one of the main factors in realizing the presence of Food Resilience in Indonesia, so the government needed to built supporting infrastructure intended for people who had conditions far from food resilience and good infrastructure. This research used a descriptive method, with taking data from literatur, document, journal, and internet. This study found that the impact of infrastructure development was closely related to the condition of a region's resilience; Bali Province was one of the provinces that had a high food resilence index score, even in the national food resilience index ranking, Bali Province had an index score of making Bali Province as the first place in food resilience when compared to other provinces. The food resilience conditions of regencies/cities in Bali Province also showed high index scores; this could be seen in the last two years the position of Denpasar Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 421Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi BaliJURNAL KETAHANAN NASIONALVol. 26, No. 3, Desember 2020, Hal 421-438DOI ISSN2527-9688OnlineOnline sejak 28 Desember 2015 di 26 No. 3, Desember 2020 Halaman 421-438 Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi BaliSri MulyaniIlmu Administrasi Negara, Universitas Tidar, Indonesiaemail srimulyani Firda Mardhatillah PutriIlmu Pemerintahan, Jusuf Kalla School of Government, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesiaemail rdamardhatillah2306 Widyo AndokoProgram Doktor Ilmu Managemen, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesiaemail AkbarIlmu Pemerintahan, Jusuf Kalla School of Government, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesiaemail NovaliaIlmu Pemerintahan, Jusuf Kalla School of Government, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia email novaliasavira 19-10-2020; Direvisi 30-12-2020; Diterima; 31-12-2020ABSTRACTThis study had an aim to saw how the impact of infrastructure development on food resilience conditions in Indonesia, focusing on Bali Province. The result of infrastructure development was one of the main factors in realizing the presence of Food Resilience in Indonesia, so the government needed to built supporting infrastructure intended for people who had conditions far from food resilience and good infrastructure. This research used a descriptive method, with taking data from literatur, document, journal, and internet. This study found that the impact of infrastructure development was closely related to the condition of a region’s resilience; Bali Province was one of the provinces that had a high food resilence index score, even in the national food resilience index ranking, Bali Province had an index score of making Bali Province as the rst place in food resilience when compared to other provinces. The food resilience conditions of regencies/cities in Bali Province also showed high index scores; this could be seen in the last two years the position of Denpasar 422Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438City, Tabanan Regency, Gianyar Regency, and Badung Regency to became cities and regencies that occupied the highest place in the national food resilience index Development Impact; Infrastructure; Food Resilience; Bali ini bertujuan untuk melihat bagaimana dampak pembangunan infrastruktur terhadap kondisi ketahanan pangan di Indonesia yang berfokus di Provinsi Bali. Perkembangan pembangunan infrastruktur menjadi salah satu faktor utama untuk mewujudkan hadirnya Ketahanan Pangan di Indonesia, sehingga pemerintah perlu membangun infrastruktur penunjang yang diperuntukkan bagi masyarakat yang memiliki kondisi jauh dari angka ketahanan pangan dan infrastruktur yang baik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan mengambil data dari kepustakaan, dokumen, jurnal, dan internetPenelitian ini menemukan bahwa dampak pembangunan infrastruktur menjadi sangat berkaitan dengan kondisi ketahanan suatu wilayah, Provinsi Bali menjadi salah satu provinsi yang memiliki skor indeks ketahanan pangan yang tinggi, bahkan dalam ranking indeks ketahanan pangan nasional Provinsi Bali memiliki skor indeks 85,15 menjadikan Provinsi Bali sebagai urutan pertama dalam ketahanan pangan jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya. Kondisi ketahanan pangan kabupaten/kota di Provinsi Bali juga menunjukkan skor indeks yang tinggi, hal ini dapat dilihat dalam 2 tahun terakhir posisi Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung menjadi kota dan kabupaten yang menduduki posisi teratas dalam skor indeks ketahanan pangan nasional. Kata Kunci Dampak Pembangunan; Infrastruktur; Ketahanan Pangan; Provinsi BaliPENGANTARPeran pemerintah sangat penting dalam rangka menghadirkan pembangunan perekonomian di Indonesia, jika dilihat dari keterpurukan situasi ekonomi yang menimpa Negara Indonesia pada tahun 1997 telah memberikan dampak yang signikan kepada seluruh akar pertumbuhan ekonomi di Indonesia Afriyenis, 2016. Seiring berjalannya pemerintahanan orde baru, kondisi pembangunan pada bidang ekonomi nasional pada masa awalnya dari tahun ke tahun mengalami banyak peningkatan dan mendapatkan banyak pujian dari berbagai kalangan namun kemudian secara tiba-tiba di tahun-tahun selanjutnya mengalami kemunduran yang cukup drastis. Kemunduran yang terjadi ini kemudian membawa pembangunan perekonomian Negara Indonesia ke masalah yang serius, dampak yang terjadi contohnya ialah terjadinya turbulensi nilai tukar rupiah, tingkat bunga yang tinggi, dan krisis pinjaman luar negeri, sehingga pasca reformasi yang terjadi di akhir 90’an Negara Indonesia membutuhkan hadirnya akselerasi pembangunan agar terwujud ekonomi negara yang stabil, imbang, merata dan sesuai dengan keadilan untuk seluruh rakyat di Indonesia Afriyenis, 2016Menurut Muller dkk., 2015 infrastruktur dicirikan sebagai prasarana sik yang menyediakan sarana transportasi sosial dan ekonomi, irigasi, drainase, bangunan, dan fasilitas umum lainnya yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Infrastruktur seringkali dikaitkan dengan sistem lingkungan dalam sistem sosial dan ekonomi, penyediaan infrastruktur berpengaruh pada sistem sosial dan ekonomi kota saat ini, sehingga infrastruktur harus diakui sebagai dasar dalam pengambilan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 menjelaskan bahwa 423Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi Balipangan adalah segala sesuatu yang dihasilkan dari sumber hayati hasil pertanian olahan, kehutanan, perkebunan, perikanan, air, peternakan, baik yang sudah diolah maupun yang tidak diolah yang dimaksudkan untuk dikonsumsi manusia sebagai makanan atau minuman, termasuk bahan pangan tambahan, bahan baku pangan yang digunakan pada proses pengolahan makanan atau minuman. Dengan hadirnya ketahanan pangan ditujukan agar penduduk mampu menghadirkan kemandirian pangan dalam menjalani kehidupan, denisi dari kemandirian pangan didalam UU RI No. 18 2012 ialah kapasitas produksi pangan dalam negeri yang didukung oleh Kelembagaan Ketahanan Pangan yang bekerja untuk menjamin terpenuhinya kecukupan kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga baik secara kualitas, kuantitas, perlindungan, maupun dengan keterjangkauan harga yang sudah didukung oleh produksi pangan yang sangat beragam berdasarkan dengan kearifan dan keragaman infrastruktur di Indonesia harus sejalan dengan Undang-undang dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPN tahun 2005-2025 yaitu dengan terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur Yogyakarta, 2019. Guna menciptakan hal tersebut perlu sebuah upaya yang ditransformasikan ke dalam delapan misi pembangunan nasional, di antara misi pembangunan nasional tersebut salah satunya bertujuan untuk menghadirkan pemerataan pembangunan yang berkeadilan agar dapat menumbuhkan pembangunan daerah, meminimalisir adanya bentuk kesenjangan sosial, berpihak untuk masyarakat, wilayah dan kelompok yang masih lemah, menanggulangi dan mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran, menyediakan fasilitas yang sama dan memadai untuk masyarakat kepada pelayanan sosial dan sarana prasarana ekonomi, kemudian misi terakhir ialah menghapus diskriminasi dari berbagai sisi termasuk diskriminasi terhadap gender N, dkk., 2018.Beberapa literatur penelitian terdahulu telah menyebutkan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan adanya ketimpangan di Indonesia salah satunya ialah terjadinya perbedaan dalam pemeratan pembangunan infrastruktur antar wilayah yang ada. Sebagai kunci dari peningkatan ekonomi, pemenuhan infrastruktur yang layak berperan penting dalam pengembangan suatu wilayah Sukwika, 2018. Pemerintah Indonesia menghadapi tantangan tersendiri dalam isu ketahanan pangan dan kaitannya dengan ketersediaan infrastruktur. Indonesia memiliki wilayah yang luas yang terdiri dari banyak pulau sehingga pemerintah harus mengupayakan pemerataan dalam distribusi pangan, selain itu wilayah Indonesia juga memiliki kondisi wilayah yang berbeda-beda di setiap kepulauannya Schaar, 2017. Oleh karenanyalah dalam mewujudkan ketahanan pangan yang merata pemerintah Indonesia menyelenggarakan pembangunan di bidang pangan dengan bekerjasama bersama lembaga serta organisasi pangan dunia, menjadikan ketahanan pangan sebagai salah satu prioritas utama dalam pembangunan nasional Suryana, 2014. Problem terkait kondisi pangan saat ini terjadi dikarenakan pembangunan infrastruktur yang masih dirasakan kurang guna menunjang aksesibilitas ketahanan pangan Rachman, 2016. Indonesia sendiri memiliki banyak daerah otonomi tingkat bawah yang disebut desa/kampung, sebagian besar desa/kampung di wilayah Indonesia merupakan basis daripada pertanian Jenderal, 424Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438dkk., 2019. Dalam aspek ketahanan ekonomi, pedesaan saat ini masih belum mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonominya sehingga masih banyak bergantung kepada produk perekonomian primer yang berdampak pada dimanfaatkannya desa oleh masyarakat kota dalam pemenuhan kebutuhan hariannya Santoso, 2016. Hal tersebut menimbulkan beberapa sebab kemiskinan yang sangat signifikan karena penyebaran pangan dan ekonomi tidak merata, hal ini dikarenakan pembangunan di setiap wilayah Indonesia dihadapkan dengan persoalan pembangunan yang fundamental dan belum terealisasikan Islamiah, 2015.Pada tahun 2015 Millenium Devlopment Goals MDGs menyepakati dan menyetujui bahwa setiap negara harus berperan dalam menurunkan kelaparan dan kemiskinan yang terjadi pada tahun 1990 Fukuda-Parr, 2016. Dengan adanya hal tersebut Komite Indonesia berdasarkan dengan UU No 7 tahun 1996 melakukan pengamatan pembanguan pangan terhadap kebutuhan dasar masyarakat bersama pemerintah Aat, 2015. Untuk memenuhi ketahanan pangan diperlukan pembangunan kapasitas manusia di daerah tersebut yang ditujukan untuk meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia khususnya dalam bidang pengembangan agrarian Husna dan Albsayah, 2012.Pembangunan ekonomi mensyaratkan suatu tahapan pembangunan yang berkelanjutan, yang diwujudkan dengan adanya peningkatan pendapatan total dan pendapatan perkapita, dibarengi dengan memperkirakan pertambahan jumlah penduduk dan disertai dengan adanya perubahan fundamental dalam format ekonomi serta pemerataan pendapatan bagi seluruh penduduk negara tersebut. Salah satu tantangan utama dari pembangunan di Negara Indonesia ini yaitu menangani persoalan ketimpangan ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia serta mahluk hidup lainnya. ketahanan pangan merupakan suatu kebutuahan yang sangat kompleks serta berkaitan secara langsung dengan aspek ekonomi, aspek lingkungan, aspek sosial, dan aspek politik Usmaliadanti, 2011. Problem terkait kondisi pangan hari ini masih menjadi perhatian utama dunia, permasalahan kerawanan pangan tidak hanya terjadi di negara-negara tertinggal, dan negara-negara berkembang, namun juga negara-negara yang saat ini sudah memiliki pertumbuhan yang pesat dalam segala bidang kehidupan juga mengalaminya Conceição, dkk., 2016; Hapsari dan Rudiarto, 2017; Yeoh, dkk., 2014. Pada dasarnya ketahanan pangan ingin menghadirkan ketersediaan pangan, stabilitas harga pangan, serta keterjangkauan pangan Soekirman, 2000; Wado, dkk., 2019. Konsep ketahanan pangan memiliki beberapa aspek. Terdapat 8 aspek perihal konsep ketahanan pangan menurut Pramono 2014, sebagai berikut. Pertama, kebutuhan rumah tangga. Hal ini menyangkut dengan ketahanan pangan nasional, individu dan komunitas semua mahluk hidup yang membutuhkan pangan baik dari wilayah manapun, tetapi kebutuhan pokok setiap rumah tangga memang berbeda, untuk wilayah Indonesia barat mengkonsumsi beras, dan Indonesia timur mengkonsumsi peran pemerintah. Dalam melibatkan ketahanan pangan baik dari masyrakat kecil maupun masyarakat dominan, pemerintah harus menjamin hak pangan dan tidak membedakan pangan untuk wilayah timur, barat, dan tengah. 425Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi BaliKetiga, cakupan aspek ketahanan pangan. Ketersediaan mutu paangan food quality dan jumlah pangan food sufcien.Keempat, mutu pangan. Ini penting karena masalah yang sering terjadi di Indonesia pembagian sembako selalu tidak diperhatikan seperti raskin dengan kualitas dengan mutu yang sangat produksi pangan. Setiap daerah juga harus diperhatikan, mulai dari pengelolaan, produksi, pengemasan, serta food safety. Food safety merupakan hal yang perlu diperhatikan jika makanan tercemar oleh bahan kimia dan dapat menghambat ketahanan pemerataan, yaitu mengupayakan pemerataan makan terutama dalam kasus diskriminasi ketahanan pangan Indonesia timur dan barat, agar hal ini dievaluasi kembali oleh kesamaan derajat. Kesamaan derajat dalam persebaran pangan, keterjangkauan pangan, dan hak masyrakat memenuhi kebutuhanan panganDalam mewujudkan ketahanan negara diperlukan ketahanan dalam kestabilan ekonomi, pemerintah, masyarakat, ketersediaan akses distribusi, serta ketahanan pangan yang diwujudkan dengan penjaminan ketersediaan dan kemampuan akses setiap rumah tangga untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari Arlius, dkk., 2017; Janti, 2016. Pada tahun 2011 Konferensi Boon menyelenggarakan sebuah diskusi terkait permasalahan ketahanan pangan dengan akademisi dari Singapura. Dalam pertemuan tersebut kemudian merumuskan kesepakatan bersama terkait konsep ketahanan pangan Rivani, 2012. Konsep ketahanan pangan yang dihasilkan mengsyaratkan pemerintah untuk membuat sebuah inovasi kebijakan publik dalam menciptkan suatu pelayanan publik terkait ketahanan pangan yang ada di Indonesia Wulandari, dkk., 2019.Pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat juga diwujudkan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan infrastruktur penghubung antar wilayah serta infrastruktur penunjang pengembangan agraria di wilayah tersebut, dengan pembangunan infrastruktur yang memadai dapat memberikan kemudahan masyarakat dalam mengakses ketersediaan pangan dan meningkatkan indeks keterjangkauan terhadap pangan yang ini akan mengkaji sejauh mana dampak pembangunan infrastruktur terhadap kondisi ketahanan pangan yang ada di Provinsi Bali. Untuk lebih memudahkan dalam pembahasan peneliti akan menggunakan beberapa rumusan masalah yakni 1. Mengetahui sejauh mana kondisi ketahanan pangan di Provinsi Bali, 2. Sejauh mana dampak pembangunan infrastruktur dalam mempengaruhi kondisi ketahanan pangan yang ada di Provinsi Bali, serta Kabupaten/Kota yang ada di dalamnya. Pendekatan metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bersifat deskriptif analisis Janti, 2016; Wati, dkk., 2019. Kualitatif deskriptif ialah penelitian yang bertujuan untuk memahami sebuah fenomena yang dialami oleh subjek penelitian dengan memusatkan perhatian kepada sebuah kasus yang sedang terjadi melalui pengumpulan data yang kemudian data tersebut disusun serta dianalisis dengan pendekatan kualitatif Achmad,dkk., 2019; Moleong, 2007; Nazir, 1999. 426Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438PEMBAHASANMenghadirkan pembangunan ekonomi merupakan suatu kewajiban setiap negara yang harus dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakatnya Pratama dan Purnomo, 2020. Dengan adanya pembangunan ekonomi tersebut maka diperlukan adanya sumber daya ekonomi produktif di setiap negara yang mana sumber daya ekonomi tersebut mampu menjadi katalisator pembangunan. Pembangunan infrastruktur di negara Indonesia merupakan salah satu fakor penting dalam mempercepat laju pembangunan nasional Asahdi, 2015. Dengan pembangunan infrastruktur ini ditargetkan dapat meningkatkan aksesibilitas yang dapat mengakomodasikan pergerakan barang dan jasa agar lebih efisien serta dapat memudahkan dalam mendisitribusikan supplay pangan keberbagai daerah Putro, 2015 Lihat gambar 1.Gambar 1 tersebut menunjukkan alokasi anggaran infrastruktur tahun 2014 2019 selalu mengalami peningkatan dalam pengalokasian anggaran APBN, peningkatan tersebut yang paling tinggi berada di tahun 2017, pertumbuhan anggaran dari tahun 2016 ke tahun 2017 mencapai 41,0%, tetapi jika dibandingkan gambar pertumbuhannya tidak terlalu signikan dengan yang terdapat di tahun 2015. Pengalokasian anggaran infrastruktur setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam pengalokasian anggaran di ranah infrastruktur yang terus tumbuh dan ini pula menunjukkan bahwa arah pembangunan nasional dalam bidang infrastruktur harus mampu menjadi perhatian utama sebagai penunjang pembangunan dalam segala bidang yang merata disemua wilayah yang ada di antara infrastruktur dan ketahanan pangan sangat erat hubungannya, apabila infrastruktur sudah memadai maka kesejahteraan masyarakat juga meningkat, hal ini dilihat dari akses masyarakat terhadap pangan yang dapat tercukupi Ervianto, 2017. Ketahanan pangan adalah hal yang paling pokok untuk keberlangsungan suatu negara. Indonesia dengan jumlah penduduk jiwa atau setara % penduduk Gambar 1Anggaran Infrastruktur APBN 2019Sumber Badan Ketahanan Pangan, 2017. 427Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi Balidi dunia Badan Ketahanan Pangan, 2017. Untuk itu dengan jumlah penduduk yang cukup banyak hal ini mengharuskan pemerintah untuk lebih serius dalam memperhatikan kondisi ketahanan pangan nasional Erwandari, 2017 Lihat gambar 2.Gambar 2 tersebut menunjukkan 15 kota di Indonesia yang memiliki peringkat dan skor ketahanan pangan yang paling tinggi. Kota Denpasar menjadi kota yang paling tinggi dan stabil dalam skor ketahanan pangannya, jika gambar 2019 dibandingkan dengan gambar 2018 di Kota Denpasar terjadi penurunan beberapa poin namun masih tetap menjadikan Kota Denpasar peringkat pertama dalam indeks ketahanan pangan kota 2019. Sementara itu Kota Balikpapan dan Kota Bukit Tinggi menjadi kota yang pada indeks ketahanan tahun 2019 mendapatkan pertumbuhan yang cukup tinggi. Ini dapat dilihat dari posisi peringkat Kota Balikpapan yang awalnya di posisi ke 9 sembilan merengsek naik ke posisi ke 2 dua, begitu pula Kota Bukit Tinggi yang tadinya di posisi ke 10 sepuluh mengalami peningkatan hingga mampu mencapai posisi ke 4 pada tahun 2019. Peningkatan yang tidak signikan justru dialami oleh Kota Jakarta Selatan dan Gambar 2 Peringkat dan Skor Indeks Ketahanan Pangan Kota 2018-2019Sumber Badan Ketahanan Pangan, 2018, 2020 428Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438Kota Semarang, hal ini menyebabkan Kota Jakarta Selatan turun ke posisi ke 3 tiga dan Kota Semarang ke posisi peringkat ke pemahaman tentang 15 kota di Indonesia yang menempati peringkat tertinggi, data di dalam gambar 2 juga menunjukkan bahwa kota-kota yang memiliki kemampuan ketahanan pangan yang terjamin diwujudkan dengan dibarengi pembangunan infrastruktur yang inklusif dan masif. Hal ini ditunjukkan dari tingkat pembangunan infrastruktur yang ada sudah tinggi dan dapat menghubungkan wilayah-wilayah yang ada, sehingga kehadiran infrastruktur yang baik dapat memobilisasi pembangunan pangan di daerah tersebut dapat terpenuhi dengan baik Agustina, 2020; Fagi, 2014. Meningkatkan aspek produksi, distribusi, dan konsumsi di suatu daerah tidak terlepas dari kehadiran infrastruktur yang memadai. Kota Denpasar menjadi salah satu kota yang memiliki pembangunan infrastruktur yang baik, sehingga dalam indeks ketahanan pangan kota dapat menduduki posisi yang tertinggi di antara kota-kota lainnya di Indonesia Badan Ketahanan Pangan, 2018, 2020; Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, 2020 Lihat gambar 3.Berdasarkan gambar 3 tersebut, yang menjadi kabupaten dengan skor indeks ketahanan pangan tertinggi dapat dilihat di dalam kurun waktu 2 tahun berturut-turut ialah Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Sukoharjo menjadi kabupaten yang konsisten menunjukkan pertumbuhan dalam ketahanan pangannya. Dari tiga kabupaten yang menempati peringkat tertinggi semua kabupaten tersebut berada di dalam Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang memiliki prospek pembangunan yang signifikan, khususnya dalam hal infrastruktur. Posisi Bali sebagai salah satu tujuan destinasi wisata dunia membuat Provinsi Bali menjadi salah satu wilayah yang memiliki akses infrastruktur yang baik. Hal ini kemudian secara tidak langsung mendukung terjaminnya kualitas ketahanan pangan yang tinggi di wilayah Provinsi Bali, selain infrastruktur yang sudah memadai kondisi geogras wilayah Provinsi Bali pun mendukung upaya swasembada pangan. Dengan budaya agraria masyarakatnya yang cukup tinggi membuat Provinsi Bali dapat menjaga terjaminnya ketahanan nasional gambaran tentang Indeks Ketahanan Pangan IKP untuk kabupaten dan kota tahun 2019 dapat ditunjukkan pada gambar 4 tersebut menunjukkan terdapat 71 kabupaten atau sekitar 17,1% yang terdiri dari 416 kabupaten yang memiliki skor IKP yang cukup rendah dengan persebaran 25 kabupaten masuk Kelompok Satu 6%, 19 kabupaten 4,6% yang masuk Kelompok Dua, dan terdapat 27 kabupaten 6,5 masuk ke Kelompok Tiga, sedangkan 25 kabupaten Kelompok Satu, sebanyak 1 kabupaten di Provinsi Maluku, 1 kabupaten di Provinsi Sumatra Barat, 18 kabupaten berada di Provinsi Papua dan 5 kabupaten di Provinsi Papua Barat,. Sementara itu untuk wilayah kota terdapat 1 kota 1% yang masuk ke dalam Kelompok Satu yaitu Kota Aceh, Kelompok Dua Kota Gunung Sitoli di Sumatra Utara, 3 kota masuk ke Kelompok Tiga Pagar Alam dan Lubuk Linggau Sumatra Selatan, Kota Tual Maluku Badan Ketahanan Pangan, 2020.Selanjutnya, pada tingkat provionsi, peringkat dan skor indeks ketahanan pangan IKP tahun 2019 ditunjukkan pada gambar 5 tersebut menunjukkan skor peningkatan angka ketahanan pangan provinsi 429Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi Balidi Indonesia, angka ketahanan tertinggi berada di Provinsi Bali karena dapat memenuhi kebutuhan pangannya dengan baik, skor Provinsi Bali 85,15 atas ketahanan pangan pada tahun 2019, pada umumnya selama ini penduduk setempat masih banyak yang memproduksi lahan pertanian, sehingga menjamin ketahanan pangan bagi penduduk daerah sekitar. Meskipun demikian, dalam perjalanannya Provinsi Bali tetap dihadapkan kepada permasalahan dalam menjaga ketahanan pangannya, yaitu masalah irigasi, dan resiko gagal panen yang cukup tinggi di provinsi tersebut Gunjana, 2015. Sedangkan gambar 5 tersebut juga menunjukkan angka ketahanan pangan terendah di Provinsi Papua yang hanya memiliki skor 25,13 pada tahun 2019, kesenjangan ketahanan pangan di Papua ini bisa terjadi karena perbandingan ketersediaan dan kebutuhan pangan mengalami defisit penyebabnya kebutuhan pangan lebih besar dibandingkan ketersediaan produksi pangan pokok, jika dilihat dari presentasenya Papua mengalami surplus dalam ketersediaan pangan tetapi distribusi di lapangan yang sering terkendala Widati, 2015.Gambar 3Peringkat Dan Skor Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten 2018-2019Sumber Badan Ketahanan Pangan, 2018, 2020 430Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438Permasalahan diseminasi pangan di Indonesia masih sering terjadi, hal ini dikarenakan sejumlah wilayah memiliki kondisi tanah, serta infrastruktur yang berbeda, wilayah Indonesia dapat dibagi menjadi 3 wilayah Indonesia Barat, Indonesia Timur, dan Indonesia Tengah, sejumlah wilayah memiliki iklim yang baik untuk bercocok tanam dan didukung oleh kadar tanah yang subur Bantacut, 2013. Namun di beberapa wilayah lainnya malah sebaliknya, pemerintah selalu dituntut agar menerapkan sifat yang profesional dan bekerja dengan cara yang kreatif serta inovatif. Hal tersebut sudah didukung oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yaitu terkait pemerintah daerah dan pada pasal 386 sampai 390 tentang dibutuhkannya sebuah inovasi dalam mendirikan pemerintahan dan memperkuat kinerja pemerintah Wulandari, dkk., 2019. Beberapa bagian wilayah di Indonesia bisa dikatakan sudah mulai berkembang karena semua akses sudah mudah didapatkan, sedangkan di bagian Indonesia Timur masih banyak ketimpangan infrastruktur dan ketahanan pangan akibat jarak yang sangat jauh sehingga dalam pemanfaatan lahan tidak maksimal, dan penduduk diharuskan bertahan dengan sumber pangan yang ada. Menurut Bantacut 2013 daerah pedesaan merupakan penghasil kebanyakan dari hasil pertanian dan pahan pangan, namun sayangnya desa masih tidak bisa memenuhi kebutuhan pangan dan kegiatan ekonomi secara mandiri. Salah satu alasan utama kenapa hal ini terjadi adalah karena kondisi perekonomian pedesaan masih bergantung pada produksi dan pertukaran produk primer yang bernilai rendah dan dengan harga yang tidak stabil. Nilai terbesar yang terkandung dalam hasil pertanian diangkut dan dimanfaatkan di perkotaan. Kemudian daerah pedesaan menjadi daerah Gambar 4Peta Indeks Ketahanan Pangan Kabupaten dan Kota 2019Sumber Badan Ketahanan Pangan, 2020 431Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi Balipermintaan akan barang-barang manufaktur tersebut. Dari sudut pandang inilah kawasan pedesaan perlu dibangun untuk menjadi distributor pangan hasil karyanya yang mampu memenuhi kebutuhan pangan dan kegiatan ekonomi pada saat yang bersamaan. Untuk tujuan ini, melalui pengembangan kegiatan pengembangan nilai tambah, pangan dan perekonomian pedesaan harus bergantung pada produksinya sendiri melalui peningkatan usaha pembentukan nilai tambah. Nurhemi dkk 2014 mengungkapkan bahwa ketahanan pangan merupakan masalah yang menjadi perhatian semua negara mengingat pengaruhnya terhadap perkembangan lingkungan makro ekonomi yang menguntungkan. Ketahanan pangan tidak hanya berbicara terkait dengan ketersediaan pangan yang memadai, tetapi juga dengan akses ke pengalokasiaan anggaran tersebut terdapat beberapa capaian terkait pembangunan infrastruktur yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia di antaranya adalah jalan, jembatan, jalur kereta api, bandara baru, jaringan irigasi, perumahan KPR, dan rumah susun. Di dalam tabel 1 dapat dilihat capaian pembangunan infrastruktur 2015-2019 yang ada di 5Peringkat Dan Skor Indeks Ketahanan Pangan Provinsi 2019Sumber Badan Ketahanan Pangan, 2020 432Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438Kehadiran pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, jaringan irigasi, dan penghubung dasar lainnnya yang terus dilakukan menunjukkan bahwa pemerintah mengupayakan ketahanan pangan dan infrastruktur saling berjalan dengan baik. Hal ini diwujudkan dengan terhitung dari tahun 2015-2019 Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR telah membangun sejumlah infrastruktur seperti jalan tol dan bendungan yang mendorong perkembangan ekonomi di kawasan daerah pembangunan infrastruktur tersebut dan kawasan maju lainnya serta daerah yang berkembang untuk mengurangi disparitas sosial ekonomi wilayah Cahyu, 2019. Salah satu provinsi di Indonesia yang mengadakan pembangunan infrastuktur yang cukup besar adalah Provinsi Bali, yang ditunjukkan dengan pembangunan bandara Bali Utara, jalan tol dan jalur kereta api di tahun 2019 Nasution, 2017. Upaya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah Provinsi Bali dengan pengalokasian anggaran kepada pembangunan infrastruktur tersebut menunjukkan keinginan untuk meningkatkan pemerataan antara daerah, meningkatkan kualitas serta mengurangi terjadinya ketimpangan layanan publik antar daerah, dan mendukung upaya pengentas kemiskinan Kementrian Keuangan RI, 2020Apabila dilihat dari segi belanja pemerintah saat ini infrastruktur menjadi tujuan utama dari jalannya pemerintahan saat ini. Pemerintah saat ini selain membangun infrastruktur dari segi transportasi dan logistik, pemerintah juga harus memperhatikan dari segi yang lainnya contohnya pertanian Islamiah, 2015. Ketahanan pangan diharapkan dapat menyeimbangkan perkembangan pembangunan pada masa yang akan datang, sehingga pemerintah perlu membangun infrastruktur pengelolaan air bagi pertanian dengan memastikan dukungan pendanaan Kristiadi, 2017. Salah satu dampak dan tantangan pembangunan infrastruktur di Indonesia adalah masih sering terjadi disparasi antara wilayah terutama untuk wilayah timur dan wilayah barat sehingga perlu adanya integrasi dengan konsep pendekatan antar wilayah Satya, 2015. Salah satu anacaman ketahanan pangan yang sangat berdampak yaitu alih fungsi lahan seperti pada beririgasi bergeser menjadi ke non padi, perumahan, industri, dan perkebunan Saragih, 2015.Dalam konteks wilayah provinsi dapat ditunjukkan data Indeks Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemanfaatan, dan Ketahanan Pangan, sebagaimana pada gambar Indeks di dalam gambar 6 tersebut menunjukkan ketersediaan, keterjangkauan, Tabel 1Capaian Pembangunan Infrastruktur 2015-2019No Pembangunan Infrastruktur 2015 2016 2017 2018 20191 Jalan km Jembatan m Rel Kereta Api km’sp 176,25 68,99 269,98 615,05 415,204 Bandara Baru lokasi 2 2 3 4 45Jalan Tol PT Hutama Karya km - - 199 405 2536Bendungan unit 29 32 36 48 487Jaringan Irigasi ribu ha 647,3 343,7 329,4 194,7 162,08Perumahan KPR ribu unit - 58,4 23,7 50,0 84,09Rusun unit Kementrian Keuangan RI, 2020 433Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi Balipemanfaatan dan ketahanan pangan wilayah provinsi. Hal ini jika kita melihat posisi wilayah Indonesia yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang menggambarkan luasnya area wilayah Indonesia yang terbagi menjadi 34 Provinsi. Dari 34 Provinsi tersebut ketersediaan pangan masing-masing wilayah memiliki perbedaan, ada wilayah yang memiliki ketersediaan pangan yang melimpah dengan keterjangkauan yang kurang, di sisi lain ada daerah-daerah beberapa provinsi di timur Indonesia yang pemanfaatan, ketersediaan, dan keterjangkauannya minim, sehingga kemudian berdampak kepada daya ketahanan pangan daerah Bali memiliki indeks keterjangkauan, pemanfaatan dan ketahanan pangan yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya yang ada di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari kurva pada gambar 6 yang menunjukkan skoring indeks yang hampir sama rata tinggi. Dalam indeks ketersediaan pangan Provinsi Bali memiliki skor 81,92; sementara dalam indeks keterjangkauan 95,51; indeks pemanfaatan 79,80; dan indeks ketahanan pangan di 85,15. Jika diperbandingkan dengan provinsi lainnya skoring indeks Provinsi Bali tersebut lebih merata tingkat pencapaiannya sehingga Bali menjadi provinsi tertinggi dalam peringkat dan skor indeks ketahanan pangan tahun 2019 dapat dilihat pada gambar pangan suatu daerah ditunjukkan dengan hadirnya ketersediaan infrastruktur wilayah tersebut, semakin baik ketersediaan infrastruktur maka akan semakin tinggi keterjangkauan masyarakat terhadap sumber pangan dan pemanfaatan pangan yang ada Kristiadi, 2017. Strategi ketersediaan dan pemerataan ketahanan juga diperlukan bagi pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan indeks ketersediaan dan ketahanan pangan di wilayahnya. Menurut Usmaliadanti 2011 strategi ketersediaan dan pemerataan ketahanan tersebut ada tujuh, sebagai berikut. Gambar 6Data Indeks Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemanfaatan Dan Ketahanan Pangan Wilayah Badan Ketahanan Pangan, 2020. 434Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438Pertama, dengan membangun persediaan makanan domestik dan memanfaatkan sumber daya domestik secara optimal, meningkatkan cadangan pokok baik di pusat dan daerah serta dukungan masyarakat yang meningkatkan infrastruktur yang baik antar daerah sehingga memudahkan memasok pangan khususnya untuk wilayah Indonesia meningkatkan daya teknologi pada petani, atau pemerataan teknologi di setiap daerah dengan memberikan penyuluhan kepada petani, nelayan dan memfasilitasi dengan memperkuat pemasaran pangan yang esien dan mengembangkan pasar yang berada di menjaga kestabilan harga pokok pangan melalui pemasukan pangan pokok daerah dan pusat, dapat menyalurkan bantuan pangan kepada masyarakat miskin atau masyarakat yang terisolirKeenam, memperbaiki gizi masyarakat melalui pangan dengan melakukan pengayaan dan memperhatikaan kebutuhan pokok menciptakan jaminan mutu makanan yang diperdagangkan oleh masyarakat dengan memperhatikan kualitas higienis, mutu yang berkualitas dan bergizi Solusi pemerintah melalui program Nawacita dengan memprioritaskan kebijakan pembangunan untuk terus mendukung ketahanan pangan, dan melanjutkan pembangunan berkelanjutan guna meningkatkan distribusi melalui pengadaan proyek infrastruktur yang dibiayai oleh negara dan dilaksanakan dari Provinsi Aceh hingga Provinsi Papua Barat Kristiadi, 2017. Begitu halnya dengan yang terjadi di Provinsi Bali, keseriusan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam mengalokasikan anggaran untuk pembangunan di bidang infrastruktur menjadikan wilayah Bali dapat terhubung dengan baik dan memiliki tingkat distribusi serta keterjangkauan pangan yang baik Gunjana, 2015; Nasution, 2017; Nugroho, 2020.SIMPULANBerdasar penjelasan tersebut di atas dapat ditarik simpulan sebagai pembangunan infrastruktur menjadi salah satu faktor yang tidak bisa lepas dalam menunjang terwujudnya ketahanan pangan suatu wilayah. Provinsi Bali dalam hal ini menjadi salah satu provinsi yang memiliki skor indeks ketahanan pangan yang tinggi, bahkan dalam ranking indeks ketahanan pangan nasional Provinsi Bali memiliki skor indeks 85,15 menjadikan Provinsi Bali sebagai urutan pertama dalam ketahanan pangan jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya. Kondisi ketahanan pangan kabupaten/kota di Provinsi Bali juga menunjukkan skor indeks yang tinggi, hal ini dapat dilihat dalam 2 tahun terakhir dimana posisi Kota Denpasar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung menjadi kota dan kabupaten yang menduduki posisi teratas dalam skor indeks ketahanan pangan nasional. Kedua, capaian pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan di Provinsi Bali menjadi salah satu alasan utama kenapa Provinsi Bali dapat meningkatkan ketahanan pangannya. Selain dibarengi budaya agraria masyarakat yang masih tinggi, ketersediaan dalam infrastruktur penunjang juga pada akhirnya dapat memaksimalkan indeks keterjangkauan, ketersediaan, pemanfaatan dan ketahanan pangan yang ada di Provinsi Bali. 435Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi BaliDAFTAR PUSTAKAAchmad, F., Mulyo, J. H., Masyhuri, dan Subejo, S., 2019, Ketahanan Pangan Rumah Tangga Peternak Sapi Potong Rakyat di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ketahanan Nasional, 252, hh. 151–177. Afiat, M. N., 2015, Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Perubahan Struktur Ekonomi Di Propinsi Sulawesi Tenggara 1. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 168, hh. 20– W., 2016, Perspektif Ekonomi Islam terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jurnal Kajian Ekoomi Islam, 11, hh. 1– R., 2020, Infrastruktur Perkotaan Untuk Mendukung Kota Pintar Berkelanjutan. Arlius, A., Sudargo, T., dan Subejo, S., 2017, Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Studi Di Desa Palasari Dan Puskesmas Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang. Jurnal Ketahanan Nasional, 233, h. 359. Asahdi, A., 2015, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengeluaran Pemerintah Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi, 32, hh. 65– Ketahanan Pangan, 2017, Statistik Ketahanan Pangan 2017. hh. 1– Ketahanan Pangan, 2018, Indeks Ketahanan Pangan Indonesia 2018. Kementrian Pertanian RI, II, hh. 1– Ketahanan Pangan, 2020, Indeks Ketahanan Pangan Indonesia 2019 Food Security Index of Indonesia 2019. Food Security Bureau, Republic of Pusat Statistik Kota Denpasar, 2020, Statistik Daerah Kota Denpasar 2020. In Badan Pusat Statistik Denpasar. .Bantacut, T., 2013, Pembangunan Ketahanan Ekonomi dan Pangan Perdesaan Mandiri Berbasis Nilai Tambah. Jurnal Pangan, 222, hh. 397– 2019, Pembangunan Infrastruktur di Kalimantan Timur oleh Kementrian PUPR. P., Levine, S., Lipton, M., dan Warren-Rodríguez, A., 2016, Toward a food secure future Ensuring food security for sustainable human development in Sub-Saharan Africa. Food Policy, 60, hh. 1–9. Ervianto, W. I., 2017, Tantangan Pembangunan Infrastruktur dalam Proyek Strategis Nasional Indonesia. Simposium II UNIID 2017, 21, hh. 98– N., 2017, Implementasi Sustainable Development Goals SDG’s Dalam Meningkatkan Ketahanan Pangan di Provinsi Riau. Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, 53, hh. 875– A. M., 2014, Ketahanan Pangan Indonesia Dalam Ancaman Strategi dan Kebijakan Pemantapan dan Pengembangan. Analisis Kebijakan Pertanian, 111, hh. 11–25. 436Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 26, No. 3, Desember 2020 421-438Fukuda-Parr, S., 2016, From the Millennium Development Goals to the Sustainable Development Goals shifts in purpose, concept, and politics of global goal setting for development. Gender and Development, 241, hh. 43–52. Gunjana, G., 2015, Bali Hadapi Tantangan Jaga Ketahanan Pangan. N. I., dan Rudiarto, I., 2017, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerawanan dan Ketahanan Pangan dan Implikasi Kebijakannya di Kabupaten Rembang. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 52, hh. 125–140. Husna, N., dan Albsayah, R., 2012, Dampak Ekologi, Sosial dan Ekonomi Masyarakat Akibat Reklamasi Pantai Tapaktuan Aceh Selatan. Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan, 12, hh. 171– N., 2015, Analisis Pengaruh Belanja Pembangunan/Modal dan Tingkat Inasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Penerimaan Pajak Di Indonesia. Jurnal Economix, 31, hh. 46– G. I., 2016, Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Guna Memperkokoh Ketahanan Pangan Wilayah Studi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ketahanan Nasional, 221, hh. 1–21. Jenderal, I., Ri, K. P., Kependudukan, S., Mada, U. G., Mada, U. G., Pascasarjanaprodi, S., Pembangunan, K., dan Mada, U. G., 2019, Ketahanan Pangan Rumah Tangga Peternak Sapi Potong Rakyat Pada Empat Kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. 252, hh. 151– Keuangan RI., 2020, RAPBN 2019 APBN Untuk Mendorong Inves dan Daya Saing Melalui Pembanguan Sumber Daya Manusia. 2017, Pembangunan Infrastruktur Untuk Ketahanan Pangan Diperlukan. L. J., 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. In PT. Remaja Rosda Karya. .Muller, M., Biswas, A., Martin-Hurtado, R., dan Tortajada, C., 2015, Built infrastructure is essential. Science, 3496248, hh. 585–586. N, K. G. S., Oktavia, I., dan Chandra, Y. A., 2018, Pro Kontra Hutang Dan Pembangunan Infrastruktur Indonesia. Sinergitas Quadruple Helix E-Business Dan Fintech Sebagai Daya Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal, 1, hh. 423– 2017, Bali Ajukan Pembangunan Enam Infrastruktur Baru. M., 1999, Metode Penelitian IV, Yogyakarta Ghalia 2020, Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Malang. Journal of Chemical Information and Modeling, 539, hh. 1689–1699. Nurhemi, Soekro, S. R. I., dan R., G. S., 2014, Pemetaan Ketahanan Pangan di Indonesia Pendekatan TFP dan Indeks Ketahanan Pangan. Bank Indonesia, WP/ 4, hh. 1– 2014, Pengaruh Modal Sosial terhadap Kemiskinan Rumah Tangga. JEJAK Journal of Economics and Policy, 72, hh. 109–120. Pratama, dan Purnomo, E. P., 2020, Sustainable Development Goals 437Sri Mulyani, Firda Mardhatillah Putri, Bhimo Widyo Andoko, Paishal Akbar, Savira Novalia - Dampak Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kondisi Ketahanan Pangan Di Indonesia Studi Kasus Provinsi BaliSDGs dan Pengentasan Kemiskinan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Info artikel. 62, hh. 64– 2015, Efektivitas Penggunaan Pinjaman LuarNegeri untuk PembangunanInfrastruktur dalamPenyusunanAPBN 2014 dan APBN 2015. hh. 28– 2016, Aksesibilitas pangan faktor kunci pencapaian ketahanan pangan di Indonesia. Jurnal Pangan, 192, hh. 147– E., 2012, Determination of the Dimensions and Indicators of Food Security in Indonesia the National Food Security Board-World Food Program Methodology Revisited. Widyariset, 151, hh. 151– 2016, Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Maluku. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 351, h. 29. Saragih, 2015, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik, 61, hh. 45– 2015, Manajemen Utang Pemerintah Dan Permasalahannya State Debt Management Analysis Kajian, Vol. 20 No. 1 Maret 2015, hh. 59– van der., 2017, Penduduk Indonesia. Soekirman, S., 2000, Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. In Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan T., 2018, Peran Pembangunan Infrastruktur terhadap Ketimpangan Ekonomi Antarwilayah di Indonesia. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 62, h. 115. Suryana, A., 2014, Menuju Ketahanan Pangan Indonesia Berkelanjutan 2025 Tantangan dan Penanganannya Toward Sustainable Indonesian Food Security 2025 Challenges and Its Responses. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 322, hh. 123– C., 2011, Analisis Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan Dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009. In Journal of Economics Undip Repository Vol. 2, Issue 1.Wado, Sudargo, T., dan Armawi, A., 2019, Sosio Demogra Ketahanan Pangan Keluarga Dalam Hubungannya Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1 – 5 Tahun Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandarharjo Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kotamadya Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ketahanan Nasional, 252, hh. 178–203. Wati, R. I., Raya, A. B., Widiastuti, A., Rohmah, F., dan Utami, D., 2019, Potensi Wanita Dalam Mendukung Pemasaran Biji Kakao Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Studi Di Dusun Nglengkong, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Jawa Tengah. Jurnal Ketahanan Nasional, 252, hh. 253–276. Widati, 2015, Ketersediaan pangan di provinsi papua barat. .Wulandari, W., Suranto, dan Priyo Purnomo, E., 2019, Collaborative Government dalam Mewujudkan Inovasi Pelayanan. JIP Jurnal Ilmu Pemerintahan Kajian Ilmu Pemerintahan Dan Politik Daerah, 41, hh. 13–28. Yeoh, J. S. W., Le, Q., Terry, D. R., dan McManamey, R., 2014, Challenges of Food Security for Migrants Living in a Regional Area of Australia Food Availability , Accessibility and Affordability. Journal of Food Security, 23, hh. 72–78. Yogyakarta, 2019, Kajian pendahuluan penurunan kemiskinan dan ketimpangan. ... Menurut Mulyani et al., 2020 Upaya untuk mendukung perekonomian nasional, sektor pertanian diharapkan berperan dalam bentuk a Penyediaan pangan yang cukup bagi penduduk, b Mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan bahan baku bagi industri dan ekspor, c Meningkatkan pemerataan kesejahteraan petani melalui penyediaan kesempatan kerja dan d Memberi sumbangan pada pengembangan ekonomi wilayah. Penyediaan pangan dalam suatu daerah bisa tercukupi bila memiliki potensi lahan pertanian yang bagus dan dikelola secara maksimal untuk menjamin peningkatan dan kesinambungan produksi. ...Rinto Tamu Ama Elfis Umbu K RetangJunaedin WaduThis research aims to find out the magnitude of the level of widespread inequality of planting and widespread inequality of basic food harvest of production between sub-districts in East Sumba Regency. The data in this study used secondary data of time series during 2017 - 2020 found in 22 sub-districts in East Sumba analysis methods used are the Williamson Index and the Length of Food Availability. The results of the analysis showed high inequality in planting area and area of staple food harvest between sub-districts in East Sumba Regency. Williamson's inequality index for planting area is and harvest area is This high inequality occurs due to the widespread distribution of planting and uneven harvest area and is also caused by the number of residents between sub-districts. The average availability of rice equivalent staple food at the level of East Sumba Regency reached the adequacy of basic food for 2,830 days. This means that East Sumba Regency has been able to meet food adequacy for 365 East Sumba Regency, there are 3 sub-districts that have not had enough food availability for 365 days, namely Waingapu City only enough for 13 days, Kanatang 273 days and Haharu 347 Indira Hapsari Iwan RudiartoFood security issue remains a worldwide concern and discussed in the main point of Millennium Development Goals MDGs and Sustainable Development Goals SDGs documents. Several problems threatening food security in addition to socioeconomic issue and the decline of agricultural land are the decrease of agricultural production caused by climate change. The Indonesian Government has proposed Food Security and Vulnerability Atlas FSVA to find out areas which require prioritized handling on food insecurity in order to determine appropriate policy strategy. Even though the result of FSVA 2015 concluded food security status in Rembang District, it does not guarantee similar condition in the villages. To complement the result of FSVA, this research attempts to identify food security and food insecurity at the village level by using spatial analysis and statistical analysis with factor analysis in order to examine the cause of food security and food insecurity. The result showed that most villages in Rembang fell into sufficient food security status 105 villages and food security status 90 villages, but there remained 10 villages left into an extremely food insecurity status which required more attention. The result of factor analysis showed the main factor causing food security was food availability and the main factor of food insecurity was socioeconomic factors. Food security strategies and policies were determined by indicators which constructed factor grouping that affected food security and food insecurity. This strategy was not only to solve food insecurity problems but also to increase food security in ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis implementasi inovasi pelayanan publik yang digagas oleh Kecamatan Sleman bersama dengan Kelompok Informasi Masyarakat KIM. Inovasi pelayanan publik yang dijalankan oleh Kecamatan Sleman dengan KIM disebut dengan Sunmor Sembada Minggu Pahing SSMP. Penelitian ini menggunakan teori kinerja birokrasi dalam menjalankan pelayanan publik dan ditambahkan dengan teori faktor keberhasilan implementasi kebijakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Temuan bahwa implementasi kegiatan Sunmor Sembada Minggu Pahing di Kecamatan Sleman belum berjalan optimal. Pelaksana lebih fokus dalam bidang ekonomi dan budaya yaitu mempromosikan UMKM dan kelompok seni. Sedangkan bidang pendidikan, kunjungan ke Pepusda masih kurang efektif. Namun dilihat dari kualitas layanan, masyarakat merasa puas dengan adanya kegiatan tersebut. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari kegiatan ini yaitu, sumber dayamanusia, disposisi dan struktur was the mainfarmcommodity cultivated by farmers in Nglengkong Hamlet since 1980s. So far, farming activities of cacao, including cultivation till marketing, were conducted dominanly by male farmer. The research aimed to dug the potency of women in supporting the cacao beans marketing in order to realized the food resilience of farm household in Ngelngkong Hamlet, Giripurwo Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency. This research used descriptive qualitative approach with Participation Action Research PAR method. The data were obtained by Focus Group Discussion FGD with the farmer wifes and women representative from each neighbourhood association Rukun Tetangga-RT as the informant. The collected information was then analized using SWOT. The result showed that the farmer wife could be involved in marketing process of cacao beanss by using social capital that had been developed among the women in order to got information, expanded the network, and gained the potential buyers. Farmer wive were willing to involeved when their contribution could be the assurance JURNAL KETAHANAN NASIONAL Tatan Sukwika"THE ROLE OF INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT AGAINST INTER-REGIONAL ECONOMIC INEQUALITY IN INDONESIA". Infrastructure disparity is considered as one of the factors that enhances economic inequality between regions. In the Indonesian context, the issue is interesting to be examined, especially the government is currently encouraging infrastructure development in various regions in study aims at analyzing the dynamics of infrastructure and economic inequalities between regions provinces in Indonesia and examining the relationship between the two. This research employs several methods, namely Williamson Index, Klassen typology, and correlation and regression analyses. These methods are to provide an adequate scope of analysis to investigate trends and linkages of infrastructure development and economic imbalances between provinces in Indonesia. The study results find that the economic gap in term of GRDP per capita among the provinces in Indonesia was relatively high during the period 2011-2015. It was confirmed by the value of Williamson Index at points. The relatively high rate of the gap was mostly associated with the infrastructure gap among the provinces. Strong positive correlation between the gap of GRDP per capita and of infrastructure among provinces. This delivers a strong message to the government to accelerate equal development programs proportionally in lagging regions in order to reduce development bias to more developed study aims to 1 to examine the relationship of food security with the nutritional status of children under five in the working area of Puskesmas Legok, Legok Subdistrict, Tangerang District. 2 to study the variety of efforts to improve food security in malnutrition prevention of children under five in the working area of Legok Puskesmas, Legok Subdistrict, Tangerang District. The population in this study were parents / mothers / fathers and children aged 0-59 months who suffered malnutrition and malnutrition under normal conditions. The results of the study showed that 1 Some respondents were in food insecurity category, about 36 %, In food sensitive category about 39% and foodstuff category only about 15% and less food category about 10%. 2 Community nutrition improvement program or toddlers Legok Puskesmas conducted daily, monthly and yearly, daily program are Increasing exclusive breastfeeding without additional food and drinks for babies up to 6 months old. The monthly program is monitoring the development of underweight body weight weighing the balita which is weighing weight measurement of toddler to know growth pattern and growth of toddler body and its development. The annual program is monitoring the nutritional status of children under five and monitoring nutrition nutrient security and nutritional status of toddlers are closely related, if the family of food security enough to affect the nutritional status so good, otherwise if the food is less then the nutritional status is likely to experience malnutrition and lack of nutritionABSTRAKPenelitian bertujuan ini adalah 1 untuk mengkaji hubungan ketahanan pangan dengan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Legok, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang. 2 untuk mengkaji ragam upaya meningkatkan ketahanan pangan dalam penanggulangan gizi buruk balita di wilayah kerja Puskesmas Legok, Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua/ ibu/ bapak dan balita umur 0-59 bulan yang menderita gizi buruk dan kurang gizi di bawah kondisi normal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Sebagian responden berada dalam kategori rawan pangan, sekitar 36%, pada kategori rentan pangan sekitar 39% dan kategori tahan pangan hanya sekitar 15% serta kategori kurang pangan sekitar 10%. 2 Program peningkatan gizi masyarakat atau balita Puskesmas Legok dilaksanakan secara harian, bulanan dan tahunan, program harian adalah Peningkatan pemberian Air Susu Ibu ASI eksklusif tanpa makanan dan minuman tambahan untuk bayi berumur sampai umur 6 bulan. Program bulanan adalah pemantauan Perkembangan berat badan balita Penimbangan badan balita yaitu penimbangan pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola pertumbuhan dan perkembangan badan balita dan perkembangannya. Program tahunan adalah Pemantauan status gizi balita dan pemantauan asupan gizi pangan dan status gizi balita terdapat hubungan yang erat, jika keluarga ketahanan pangannya cukup akan mempengaruhi status gizinya jadi baik, sebaliknya jika pangannya kurang maka status gizinya kemungkinan akan mengalami gizi buruk dan kurang Agung Budi SantosoThis study was aimed to determine the impact of climate change on food crops performance in the Maluku province, based on the climatological data from 1995 to 2012, and to find out crop commodities that are adaptable to climate change. This study used four models of trend analysis linear least square pattern, quadratic, exponential, and moving averages. The results of forecasting were used to estimate food crop production in the year of climate change to determine the impact of climate change on crop production. Results showed that soybean was the most sensitive crop to climate change, it had the biggest impact on production, yield declined on both El Nino and La Nina Paddy which is generally cultivated on the wetlands, El Nino had the smallest effect on a decrease of production of and increased on the La Nina. Corn production decreased on the El Nino and increased during the La Nina. Sweet potatoes was the most resistant crop to climate change, the impact was increased production by during El Nino. To reduce the impacts of climate changes could be done through some efforts, namely 1 to identify areas of potential drought, floods, pests and diseases endemic based on climate and soil conditions, 2 to develop prediction techniques, based on weather and climate forecasts to provide early warning to farmers, 3 to prepare and disseminate a package of technology which is able to withstand the adverse conditions of the El Nino and La Nina, including varieties, pest and disease prevention, and production inputs which are easily obtained by farmers, 4 to improve irrigation and drainage channels, mainly on the paddy fields to increase production capacity and to prevent crop failure during the dry Ika JantiTulisan ini menjelaskan tentang perencanaan kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, kendala yang dihadapi serta strategi pemecahannya guna mewujudkan ketahanan pangan wilayah di Kabupaten Bantul. Dengan menggunakan data kualitatif, ditemukan bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul belum serius dalam mempersiapkan regulasi kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Sejauh ini telah dilakukan beberapa studi sebagai dasar penyusunan regulasi. Kendala utama terletak pada kebijakan penataan ruang yang telah disusun sebelumnya, pelanggaran hukum regulasi penataan ruang wilayah, alokasi anggaran perencanaan regulasi, kelompok kepentingan, kesediaan petani dan ketersediaan lahan pertanian. Untuk memperkokoh ketahanan pangan wilayah, Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan penataan ruang, penegakkan hukum regulasi penataan ruang, pengalokasian anggaran, penetapan regulasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, pemberian insentif, serta melakukan kegiatan optimasi lahan, sertipikat tanah petani dan sinkronisasi data lahan pertanian. Meski secara umum kondisi ketahanan pangan wilayah di Kabupaten Bantul dikategorikan sedang, regulasi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan mendesak untuk segera JURNAL KAJIAN EKONOMI ISLAMWinda AfriyenisThe problem of this research is how Islam regards the economy Foreign Debt Government of Indonesia and the solution according to Islamic economic perspective. This research was library research. Analysis of data using content analysis. The results of the study revealed that foreign debts are increasing in number every year. The government's foreign debt is a source of development financing is commonly done by developing countries. Indonesian government's foreign debt has been to contain the system of interest, known as riba nasi'ah, riba nasi'ah are in addition to the debt repayment required by donor countries. Thus, in their views of Islam, the government's foreign debt is currently not in accordance with the Qur'an and Hadith. Posts offer a solution formulation of the government's foreign debt in other forms of cooperation permitted under Sharia, such as Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah and others, can be developed as a form of external financing in the state budgets. PENDAHULUAN Eksistensi pemerintah sangat urgen dalam rangka menciptakan pembangunan ekonomi di Indonesia dewasa ini. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah memberikan implikasi yang memprihatinkan terhadap seluruh sendi pembangunan ekonomi dan tatanan kehidupan masyarakat di Indonesia. Kinerja ekonomi nasional, yang berawal dari tahun-tahun sebelumnya sangat mengesankan dan mendapat pujian dari berbagai pihak, kemudian mengalami kemunduran yang drastis. Perkembangan ini telah membawa pembangunan ekonomi Indonesia mengalami masalah yang serius, seperti masalah gejolak nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga yang sangat tinggi, inflasi dan krisis pinjaman luar negeri. Sehingga peran pemerintah sangat dibutuhkan demi terciptanya pembangunan ekonomi yang tumbuh stabil, merata dan berkeadilan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses berkelanjutan dari kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita, dengan memperhitungkan pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara. Semenjak krisis ekonomi pada tahun 1997 tersebut, Indonesia terus menerus dibelit oleh beban utang luar negeri yang terus menerus bertambah setiap tahunnya. Pembangunan ekonomi Indonesia selama ini dibiayai oleh Analisisdaya dukung berkaitan erat dengan konsep pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. dengan laju pertambahan penduduk artinya populasi manusia cenderung tumbuh secara eksponensial sementara Em81.
  • hhe8ujch88.pages.dev/399
  • hhe8ujch88.pages.dev/215
  • hhe8ujch88.pages.dev/585
  • hhe8ujch88.pages.dev/540
  • hhe8ujch88.pages.dev/179
  • hhe8ujch88.pages.dev/171
  • hhe8ujch88.pages.dev/469
  • hhe8ujch88.pages.dev/178
  • guna memenuhi kebutuhan pangan manusia melakukan pembangunan di bidang